Penulis
Juan Emar

Juan Emar (1893-1964) lahir dengan nama Álvaro Yáñez Bianchi. Ia hidup berpindah-pindah antara Santiago, Cile, dan Paris, Prancis, mengikuti ayahnya yang seorang jurnalis dan politisi. Ia mengambil nama penanya dari bahasa Prancis, “J’en ai marre,” yang berarti “Aku muak.”
Selama tinggal di Paris, ia berhubungan erat dengan seniman-seniman avant-garde dan kelak membawa pulang semangat pembaruan itu ke Cile, di mana ia menjadi kolumnis tetap dan kerap mengkritik konvensionalisme sastra negerinya.
Seumur hidup, Emar hanya menerbitkan tiga novel dan satu kumpulan cerita: Miltín 1934, Un Año, Ayer, dan Diez. Keempatnya menemui takdir yang sama: gagal dan terabaikan. Pembaruan yang ia tuang ke dalam prosanya dianggap melawan sastra arus utama Cile pada masa itu.
Kegagalan tersebut membuat Emar bersumpah untuk tidak menerbitkan buku lagi sampai mati. Namun, ia tetap menulis dan mencurahkan sisa hidupnya untuk satu mahakarya yang baru akan terbit bertahun-tahun setelah kematiannya: Umbral.
Pada 1970, Diez diterbitkan kembali dan disertai pengantar penuh pujian oleh Pablo Neruda, di mana ia menyebut Juan Emar sebagai “Kafkanya Cile”. Emar pun menjadi semacam penulis cult: tidak dibaca secara luas, tetapi memiliki pembaca fanatik.
Selepas kematian Emar, karyanya mampu menemukan jalan masing-masing untuk tetap hidup. Kini ia dibaca lebih banyak orang dalam berbagai bahasa dan dianggap sebagai salah satu penulis penting Amerika Latin sebelum era Boom.
Mariana Enriquez

Mariana Enriquez (1973) lahir di Buenos Aires, besar di Valentín Alsina, dan pindah ke La Plata saat beranjak remaja. Di sanalah ia mulai masuk ke skena punk dan sastra Argentina.
Mariana menulis novel pertamanya, Bajar es lo peor, saat berumur 17 tahun, dengan semangat penuh kebebasan. Selain melambungkan namanya sebagai penulis muda, penerbitan novel itu juga menuai kontroversi, terutama karena tema yang Mariana usung masih dianggap tabu.
Sambil menyelesaikan kuliah jurnalisme dengan fokus pada musik rock, ia terus menulis. Namun, novel kedua Mariana ditolak penerbit dan ia menghancurkan manuskripnya. Tidak lama setelah penerbitan novel ketiga, Cómo desaparecer completamente, ia mulai menulis cerita pendek.
Melalui buku kumpulan cerita pertamanya, Los peligros de fumar en la cama, Mariana meletakkan tema dasar untuk karya selanjutnya: abnormalitas, dendam, maut, okultisme, penghilangan, dan teror tak kasatmata yang terus menghantui masyarakat.
Bertahun-tahun kemudian, Mariana mengukuhkan namanya sebagai salah satu penulis Amerika Latin kontemporer paling berpengaruh dengan beberapa gebrakan. Pertama, buku kumpulan ceritanya yang berjudul Las cosas que perdimos en el fuego menjadi pemenang Premis Ciutat de Barcelona 2016. Kedua, Mariana adalah penulis Argentina pertama yang meraih Premio Herralde de Novela dengan Nuestra parte de noche. Dan ketiga, terjemahan Los peligros de fumar en la cama dalam bahasa Inggris masuk daftar pendek Man Booker International Prize 2021.
Mariana telah menerbitkan empat novel, dua kumpulan cerita, dua novela, sebuah catatan perjalanan ke pemakaman di berbagai negara dan sebuah memoar tentang Silvina Ocampo. Sejauh ini, karya-karyanya sudah diterjemahkan ke dalam 33 bahasa.
Selva Almada

Selva Almada lahir pada 1973 di Villa Elisa, Entre Ríos, sebuah provinsi di Argentina tengah.
Ia mulai dikenal publik setelah novel pertamanya, El viento que arrasa, terbit dan mendapat banyak pujian dari para kritikus nasional. Buku tersebut dianggap sebagai novel terbaik yang terbit tahun itu dan meneguhkan namanya sebagai salah satu penulis generasi baru paling menjanjikan.
Selva juga menjadi finalis Premio Rodolfo Walsh 2015 dengan Chicas muertas—sebuah buku jurnalisme sastrawi tentang misteri kematian tiga gadis pedesaan Argentina pada tahun 1980-an—dan mengukuhkan Selva sebagai salah satu intelektual feminis paling berpengaruh di Argentina.
The Wind That Lays Waste, terjemahan novel pertamanya dalam bahasa Inggris, meraih First Book Award Edinburgh International Book Festival 2019.
Selva kini tinggal di Buenos Aires dan rutin mengunjingi Chaco, wilayah pedesaan yang banyak memberi inspirasi untuk karya-karyanya.
Alejandro Zambra

Alejandro Zambra lahir di Santiago, Cile, pada 1975. Dia mengawali karir sebagai penyair, kritikus sastra, sebelum akhirnya terjun menjadi prosais selain juga mengajar.
Tahun 2017, Hay Festival menempatkannya ke dalam daftar Bogota39: penulis-penulis generasi baru Amerika Latin paling menjanjikan yang berusia kurang dari 39 tahun. Dia juga terpilih sebagai salah satu penulis berbahasa Spanyol terbaik berusia kurang dari 35 tahun pada 2010 oleh Granta.
Novel debutnya, Bonsai, meraih Premio de la Critica de Chile dan Premio del Consejo Nacional del Libro y la Lectura pada 2007 sebagai prosa terbaik. Selain itu, novel keduanya, La vida privada de los arboles, menjadi finalis International IMPAC Dublin Literary Award 2012. Dia juga memenangkan The Prince Claus Award 2013.
Sejauh ini Alejandro telah menerbitkan dua kumpulan puisi, lima novel, dan sebuah kumpulan cerita, serta dua kumpulan esai dan kritik. Bonsai & Kehidupan Pribadi Pepohonan adalah dua karya pertamanya yang terbit dalam bahasa Indonesia.
Margarita Garcia Robayo

Margarita García Robayo lahir di Cartagena de Indias, Kolombia, pada tahun 1980. Sejak 2005, ia menetap di Buenos Aires, Argentina, di mana ia bekerja sebagai jurnalis dan penulis skrip.
Buku kumpulan ceritanya, Cosas peores, meraih penghargaan Premio Casa de las Américas pada tahun 2014. Selain itu, novelnya yang berjudul Lo que no aprendí menjadi finalis Premio Biblioteca de Narrativa Colombiana 2015.
Ia pernah menjadi koordinator pelaksana Fundación Gabriel García Márquez, menjabat sebagai direktur eksekutif Fundación Tomás Eloy Martínez, serta berkontribusi di beberapa media cetak seperti Piauí (Brasil), Dossier (Cile), Anfibia (Argentina), Arcadia (Kolombia), dan The Massachusetts Review (Amerika Serikat).
Sejauh ini ia telah menerbitkan tiga novel, sebuah buku esai biografi, dan beberapa kumpulan cerita pendek. Menyongsong Badai (2021) adalah karya pertamanya yang terbit dalam bahasa Indonesia.
Juan Pablo Villalobos

Juan Pablo Villalobos (baca: huan pablo vialobos) lahir di Guadalajara, Meksiko, pada tahun 1973. Novel debutnya, Fiesta en la madriguera, masuk ke dalam daftar pendek Guardian First Book Award 2011 dan sudah diterjemahkan ke dalam 18 bahasa.
Ia meraih penghargaan Premio Herralde de Novela tahun 2016 untuk novelnya yang berjudul No voy a pedirle a nadie que me crea. Selain itu, ia pernah menjadi juri ajang kesusastraan Premio Nacional de Novela Joven José Revueltas, International Dublin Literary Award, dan Premio Iberoamericano de Novela Elena Poniatowska.
Selain menulis prosa, ia juga menerjemahkan karya sastra Brazil ke dalam bahasa Spanyol, menulis catatan perjalanan, serta kritik sastra dan film. Sejauh ini ia telah menerbitkan 5 novel dan sebuah karya non-fiksi.
Guillermo Rosales

Guillermo Rosales (baca: giermo rosales) lahir di Havana, Kuba, pada tahun 1946. Mengawali karir sebagai jurnalis, Rosales dianggap sebagai salah satu penulis yang menjanjikan setelah novelanya, El juego de la viola, menjadi finalis di ajang kesusastraan bergengsi “Casa de las Americas” pada tahun 1967. Meski begitu, pemerintah Kuba menganggap tulisannya bernada murung, cabul, dan dekaden.
Rosales memutuskan untuk meninggalkan Kuba pada 1979 dan pergi ke pengasingan di Miami, tempat ia kemudian menghilang dari pandangan publik. Ia didiagnosa menderita skizofrenia, dan dimasukkan ke dalam beberapa panti sosial swasta. Menghabiskan cukup banyak waktu di institusi semacam itu, ia mendapat bahan untuk menulis novelnya yang paling cemerlang, Boarding Home atau La casa de los náufragos.
Atas peran salah seorang teman, novel tersebut diikutsertakan pada sebuah ajang kesusastraan prestisius “Letras de Oros” tahun 1987, di mana Octavio Paz menjadi jurinya. Boarding Home akhirnya keluar sebagai juara. Sayangnya, saat pertama kali terbit, novel tersebut kurang mendapat sambutan publik dan nama Rosales hanya diketahui oleh segelintir pembaca. Setelah melewati hari-hari sulit di Miami, Rosales memutuskan untuk membakar nyaris semua karyanya, sebelum kemudian mengakhiri hidup pada Juli 1993, di usia 47 tahun.